Download versi cetak: 1414_KebaktianSore_2025-7-Dec_STong

Panggilan Tuhan kepada Daud (7)

Pdt. Dr. Stephen Tong

*Ringkasan khotbah ini belum diperiksa pengkhotbah

Bangsa Israel dengan kehendak mereka sendiri memohon kepada Tuhan untuk memilih raja. Terhadap suara dari rakyat selamanya Allah tidak pernah menolak. Allah mengijinkan mereka memilih raja, maka merekapun memilih seorang yang paling tampan, paling sehat, paling gagah perkasa. Mereka merasa itu yang paling baik. Dan raja yang dipilih akhirnya merasa dia adalah orang yang paling penting di dalam seluruh negeri. Tapi dari surga Allah memandang dan melihat begitu banyak kelemahannya, dia terlalu sombong dan menghina Tuhan. Maka Allah memakai nabi Samuel memilih raja yang lain. Manusia memilih raja melihat yang kelihatan dari luar. Raja yang dipilih oleh Tuhan dilihat dari isi hatinya.

Ketika Daud dipilih oleh Tuhan, dia adalah anak yang terkecil dalam keluarganya. Di atasnya masih ada tujuh kakaknya menjadi pasukan yang sangat penting di pemerintahan Saul. Ketika ketujuh orang kakak daripada Daud satu persatu mereka tampil di hadapan Samuel, Tuhan mengatakan melalui Samuel bukan satupun dari mereka yang Tuhan pilih. Kemudian Samuel pun bertanya kepada Isai, “Masihkah engkau mempunyai anak yang lain?” Isai mengatakan, “Saya masih mempunyai seorang anak dan sekarang dia berada di tempat yang sangat jauh untuk menggembalakan domba, maukah saya memanggil dia untuk kembali?” Samuel mengatakan, “Pergi dan panggillah dia pulang.” Ketika anak yang bungsu itu kembali ke rumah, tidak seorangpun yang menganggap dia penting. Karena mungkin sekali dia adalah seorang anak yang berusia 16 atau 17 tahun, tidak seperti kakak-kakaknya yang begitu gagah perkasa. Tetapi Allah berkata kepada Samuel, “Inilah yang Aku mau pilih.” Anak yang paling kecil, apakah keistimewaan yang dia miliki? Tuhan tidak menyatakannya dan manusia juga tidak mengetahuinya. Dia hanyalah seorang gembala yang sangat setia menggembalakan kawanan ternak. Ketika dia menggembalakan ternaknya, kadangkala datanglah singa yang hendak menerkam dombanya. Dalam keadaan yang paling berbahaya, Daud dengan keberaniannya dia tampil dan bertarung dengan singa untuk merebut domba dari mulut singa. Hal yang begitu besar, namun Daud tidak mengatakan kepada papanya maupun kakak-kakaknya. Karena bagi Daud ini adalah tanggung jawab yang harus dia emban, tidak ada hal apapun yang patut dia sombongkan. Justru karena karakter seperti inilah dia masuk di dalam pandangan Allah. Allah berkata kepada Samuel, “Urapilah dia menjadi raja. Aku mau memilih dia menggantikan Saul.” Demikianlah Samuel dengan minyak urapan mengurapi Daud.

Dalam negara manapun, orang yang berani bertarung dengan singa pastilah adalah pahlawan yang gagah berani. Mengapa Daud tidak mengatakan ini semua? Karena dia tidak menganggap ini adalah hal yang terlalu besar. Dia menganggap ini merupakan tanggung jawab yang patut dia emban. Seorang yang agung tidak akan menikmati keagungan dirinya. Seorang yang agung hanya mau menyelesaikan tanggung jawabnya. Maka demikianlah dia telah bertanggung jawab kepada Tuhan. Pada waktu Allah melalui Samuel mengurapi Daud menjadi raja, bangsa Israel pun mendapatkan pengharapan. Tidak lama kemudian muncullah Goliat yang memberikan menantang Israel untuk melawan dirinya. Saul melihat orang Filistin itu, dia begitu ketakutan dan tidak berani tampil ke depan. Tetapi Daud sebaliknya dengan penuh keberanian dia berkata kepada Saul, “Saya mau bertarung berperang dengan Goliat.” Akhirnya Daud membunuh Goliat dan dengan pedang Goliat, Daud memenggal kepala Goliat. Melihat itu semua, para wanita menaikkan pujian dengan suara yang lantang mengatakan Saul membunuh beribu-ribu tetapi Daud membunuh berlaksa-laksa. Mulai saat itu Saul iri hati kepada Daud dan dengan berbagai cara dia mau membunuh Daud.

Saul dengan tiga cara mau membunuh Daud tetapi Tuhan tidak mengijinkan Daud mati dibunuh Saul. Daud dipelihara oleh Tuhan dan dia menyembunyikan diri di dalam satu goa. Dia mempunyai kesempatan untuk membunuh Saul, tetapi dia tidak mau melakukannya. Dia tidak berani melakukannya karena dia tahu Saul adalah raja yang diurapi oleh Tuhan. Akhirnya Saul mengakui dosanya dan dia mohon Tuhan mengampuni dia. Tetapi Allah tidak memberikan kesempatan bertobat kepada Saul. Karena ia menyesal, tapi bukan berarti dia bertobat. Seseorang yang sungguh-sungguh bertobat, dia harus meninggalkan dosanya dan dengan rendah hati dia memohon Tuhan mengampuninya. Mengapa dikatakan pertobatan Saul itu palsu? Karena satu kali dia bertobat, dia ingin lagi membunuh Daud. Kedua kali dia bertobat, dia pun ingin lagi membunuh Daud. Orang yang tidak sungguh-sungguh bertobat, Allah tidak lagi percaya kepada dia. Ketika Allah tidak lagi memberikan kesempatan bertobat kepada seseorang, maka gelaplah masa depan orang itu. Dalam Alkitab kita juga melihat Allah tidak memberikan kesempatan bertobat kepada Kain. Allah juga tidak memberikan kesempatan bertobat kepada Yudas. Allah tidak memberikan kesempatan bertobat kepada Saul. Terlebih lagi Allah tidak memberikan kesempatan bertobat kepada Ananias dan Safira.

Dulu saya tidak terlalu memperhatikan tema yang begitu mendalam ini. Belakangan beberapa bulan ini semakin saya merenungkan, semakin saya ketakutan dan semakin saya hormat dan takut kepada Tuhan. Ketika Allah melihat seseorang tidak dengan sungguh-sungguh bertobat, Allah tidak lagi memberikan kesempatan bertobat kepadanya. Dan ini mempengaruhi metodologi yang saya terapkan di dalam memimpin gereja. Seorang hamba Tuhan yang meminjam uang begitu banyak dan tidak bisa membayar, gereja akhirnya menghentikan pelayanannya. Saya tidak melihat Allah memberikan kesempatan bertobat kepada dia. Sekarang dia sudah menemui jalan buntu dan sangat kesulitan. Ketika Allah memutuskan tidak lagi memberikan kesempatan kepadamu, jangan engkau kira kalau engkau bertobat, Allah akan beranugerah kepadamu. Setelah kesempatan berlalu, belum tentu akan kembali lagi kepadamu. Kiranya Tuhan terus memberikan peringatan kepada kita. Biarlah kita boleh dengan penuh kewaspadaan tidak bersalah kepada Tuhan. Allah merebut tahta kerajaan dari Saul dan menyerahkannya pada Daud. Puluhan tahun yang lalu saya memberitakan firman Tuhan, saya tidak melihat hal ini sedemikian jelas dan detailnya. Semakin lama saya semakin takut kepada Tuhan, semakin lama saya semakin ketat terhadap gereja, karena rumah Tuhan tidak boleh sembarangan. kelak kemudian ketika Allah menghakimi seluruh dunia akan dimulai dulu dari rumah Tuhan. Apakah saudara kira bisa melewati pandangan Tuhan? Ketika Allah menghakimi seluruh dunia pasti mulai dari gereja Reformed Injili terlebih dahulu. Saya harus waspada, hidup takut kepada Tuhan dan menghormati Tuhan.

Samuel berkata satu kalimat kepada Saul, “Karena engkau sudah menghina Tuhan, maka Allah akan mengoyakkan tahtamu dan diserahkan kepada Daud yang dia pilih itu.” Pekerjaan Tuhan tidak mungkin dimengerti oleh manusia. Kehendak yang dia tetapkan, manusia tidak bisa mengubahnya. Saul sudah tidak lagi berpengharapan. Hari terakhir dari hidup Saul, dia bukan mencari Tuhan, karena Allah tidak mau dicari lagi, maka dia mencari seorang pemanggil arwah. Dia mengatakan kepada wanita pemanggil arwah itu, “Panggillah arwah Samuel. Saya mau berbincang dengan dia.” Seorang pemanggil arwah tidak berhak, tidak mempunyai kualifikasi untuk memanggil arwah daripada seorang yang sudah diselamatkan. Seorang teolog Scotland yang besar bernama John Murray, dia menulis satu makalah yang mengubah semua paradigma saya. Dia mengatakan yang dikatakan oleh Allah, bolehkah engkau mengubahnya? Alkitab mengatakan adalah Samuel berdasarkan apa engkau boleh mengatakan itu bukan Samuel? Saya percaya munculnya arwah dari Samuel bukan karena kuasa daripada wanita pemanggil arwah. Tetapi Allah secara khusus mengizinkan Samuel bisa muncul. Samuel mengatakan, “Saul, Saul, Allah telah melalui aku memberitahukan kepada engkau, tahtamu akan meninggalkan engkau.” Allah telah menyerahkan tahtamu kepada Daud, besok pasti engkau akan mati. Orang Filistin akan mengalahkan engkau dan membunuh engkau. Keesokan harinya. Allah sungguh membuat orang Filistin mengalahkan tentara bangsa Israel. Saul dan ketiga anaknya pada hari itu mati. Mereka semua dibunuh dan kepala mereka digantung di atas tembok. Tubuh mereka dipakukan di atas pohon. Dengan demikian berakhirlah kemuliaan dan hidup dia. Lalu apakah sudah selesai masalah Israel? Alkitab mengatakan kepada kita satu hal yang begitu tragis dan menyedihkan.

Meskipun Daud nantinya menggantikan Saul, tetapi Daud sendiri pernah jatuh dan telah melakukan perzinahan. Alkitab mengatakan Samuel sudah mati. Sepertinya Daud begitu damai sejahtera. Tetapi dia dalam hari-hari kedamaian telah melupakan hidup yang suci dan beribadah kepada Tuhan. Suatu hari ketika Daud berdiri di atas sotoh istana, ketika dia melihat ke bawah memandang kotanya dan dia melihat seorang wanita cantik yang sedang mandi tidak tutup pintu. Demikianlah Daud tertarik dan terus menatap wanita yang tidak berpakaian itu. Saya mau saudara perhatikan. Berjanjilah dengan matamu. Jangan terus menatap sehingga matamu itu mempengaruhi engkau berbuat dosa. Kalimat ini diucapkan oleh Ayub dalam kitab Ayub. Ayub mengatakan, “Aku mengikat janji dengan mataku. Bolehkah aku terus menatapi dan menginginkan wanita?” Bolehkah mataku setiap hari memandang perawan? Seseorang yang sampai dia mati melalui hidup yang suci sangat berkenan kepada Tuhan. Pada waktu usia 17, saya mempersembahkan diri menjadi hamba Tuhan. Saya menikah pada usia 31. Sebelum saya menikah, selamanya saya tidak pernah berzinah. Selama setelah saya menikah, selamanya saya juga tidak menginginkan wanita manapun. Sekarang saya sudah berusia 85. Dua tahun lagi saya berusia 87. Dua tahun lagi yaitu pada tanggal 9 Januari saya akan memperingati 70 tahun saya melayani Tuhan dengan hati yang bersih. Saya memberikan panggilan kepada semua pemuda. Engkau melayani Tuhan, engkau memberitakan Injil, hendaklah engkau hidup suci. Otakmu bersih, perkataanmu bersih, tubuhmu bersih, tanganmu bersih, hartamu bersih, kehidupan seksualmu juga harus bersih. Hanyalah orang yang melayani Tuhan dengan hati yang bersih sepenuhnya berkenan kepada Tuhan. Hari ini banyak hamba Tuhan dalam gereja yang melakukan perbuatan dosa perzinahan. Banyak pendeta yang berdosa dalam gereja, sambil berdosa, sambil mereka naik mimbar dan berkhotbah, mereka begitu berani. Apakah Tuhan tidak mengetahuinya? Tuhan mengatakan apa yang kau lakukan itu Aku melihatnya. Daud adalah seorang yang pernah jatuh dan melakukan dosa perzinahan. Ketika Daud melihat seorang wanita yang begitu cantik, maka dia mengutus seseorang untuk melakukan pengecekan tentang identitas wanita tersebut, apakah sudah memiliki suami dan sebagainya. Dan mengundang dia datang ke dalam istana karena dia ingin tidur dengan dia. Sayang sekali bawahannya melaporkan bahwa wanita itu sudah menikah. Namun dia hidup sendiri karena suaminya sedang berperang di medan peperangan. Sudah barang tentu bagi Daud ini adalah satu kesempatan, karena suaminya tidak ada.

Maka demikianlah Daud mengutus seseorang untuk membawa wanita ini ke istana. Orang yang sungguh-sungguh menikah belum tentu bisa melahirkan anak. Tetapi orang yang melakukan curi-curi makan satu malam bisa melahirkan anak. Setelah Batsyeba tidur dengan Daud satu kali, maka setelah dia pulang, dia menemukan dirinya sudah mengandung. Maka Batsyeba menulis surat kepada Daud dan mengatakan kepada dia, “Aku sudah mengandung.” Saya tidak tahu apakah maksud daripada suratnya. Apakah dia tidak tahu malu? Ataukah dia mau mengatakan kepada raja, “Kandunganku itu adalah anakmu?” Apakah dia menarik Daud? Apakah dia mengharapkan menjadi istri Daud? Alkitab tidak mengatakan semua ini. Setelah Daud mengetahui, dia mengatakan, “Celaka sudah.” Sekarang wanita ini sudah mengandung, suaminya tidak ada. Bagaimana mungkin dia bisa hamil? Jikalau suaminya ada dan dia mengandung, maka orang tidak akan menyalahkan saya. Tetapi karena suaminya tidak ada dan dia sekarang mengandung, maka sangat rusaklah reputasi saya. Maka Daud pun memikirkan satu cara untuk memanggil pulang suami Batsyeba dari medan perang untuk kembali kepada istrinya. Seseorang yang berperang di medan perang apapun dia tidak memiliki, dia pasti sangat rindu kepada keadaan rumahnya sendiri dan istrinya. Jikalau dia mempunyai kesempatan untuk pulang, pastilah itu merupakan hal yang sangat membuat dia sukacita. Karena di medan perang terlalu berbahaya. Kalau pulang ke rumah terlalu nikmat. Meninggalkan medan perang bisa pulang ke rumah dan tidur bersama dengan istri itu merupakan hal yang sangat menyenangkan. Maka demikian Uria kembali dan Daud minta dia ke istana, apakah engkau sangat berbahaya di medan perang sekarang aku meminta engkau pulang ke rumah supaya engkau memiliki kesempatan cuti bisa istirahat tidur bersama dengan istrimu. Setelah engkau berjumpa dengan saya, engkau boleh pulang tidur dengan istrimu. Setelah Uria menyucapkan terima kasih, dia meninggalkan istana, dia tidak pulang. Ini sangat mengherankan, di medan perang yang begitu berbahaya, tempat yang begitu mengerikan. Kalau mempunyai kesempatan satu dua malam bersama dengan istrinya, mengapa dia tidak menginginkannya? Ada orang mengatakan kepada Daud, Uria ada di depan pintu istana dan dia tidak pulang ke rumahnya. Daud mengatakan, “Betulkah demikian? Minta dia masuk.” Daud bertanya, “Uria mengapa engkau tidak pulang? Aku minta engkau pulang tidur dengan istri. Mengapa engkau tidur di depan istana?” Kalimat yang diucapkan oleh Uria sangat menggerakkan saya. “Raja, pahlawan kita sedang berperang. Pastilah seharusnya aku bersama-sama berjuang dengan mereka. Tidak mungkin aku curi-curi untuk mencari kesenangan sendiri.” Uria pun bersumpah demi Tuhan, setelah selesai perang ini dan kita menang baru aku kembali kepada istriku. Apakah engkau kira setelah Daud mendengarkan kalimat ini, dia sangat bersukacita? Daud mendengar kalimat ini sangat susah dan sedih karena Batsyeba sudah mengandung. Kalau Uria pulang dan tidur dengan Batsyeba, orang masih menganggap itu mungkin adalah benihmu. Seseorang yang sudah berdosa, hatinya begitu licik dan begitu rusak dan jahat. Uria mengatakan, “Bagaimana pun juga aku tidak pulang.”

Setelah selesai itu semua dia kembali lagi ke medan perang. Daud langsung menulis satu surat dan berkata kepada jenderal yang ada di medan perang, “Aturlah Uria pada tempat yang paling berbahaya supaya musuh bisa membunuh dia.” Apakah artinya kalimat ini? Engkau harus mati. Hidupmu itu bagi saya sangat berbahaya. Setelah engkau mati, maka aku lebih aman. Apakah saudara sudah melihat Daud yang demikian baiknya itu setelah dia berdosa, dia tidak lagi peduli kepada Tuhan, tidak peduli lagi kepada yang lain. Dia hanya mempedulikan kesenangan seksual dia. Demikianlah jenderal perang itu menaruh Uria di tempat yang paling berbahaya dan hari itu juga Uria mati terbunuh. Setelah terbunuh dia mengutus seseorang untuk melaporkan kepada Daud bahwa Uria juga sudah mati. Daud pun dengan berpura-pura mengatakan tidak apa dalam medan perang kalau ada orang yang mati itu tidak bisa kita luputkan, dengan berani berperang lagi, Uria sudah mati.

Uria sudah mati dan Batsyeba pun menjadi milikku, tidak bisa lagi bersama dengan suaminya. Dengan demikian saya bertambah satu istri, saya tambah lagi satu kenikmatan. Dia kira tidak ada yang tahu. Maka Daud pun berkata kepada Batsyeba, “Suamimu sudah mati. Engkau pasti sangat kesendirian, kau pasti sangat dingin, sangat kesepian.” Maka datanglah ke dalam istana, aku akan menghibur engkau. Apakah cinta kasih seorang wanita terhadap suaminya itu adalah yang sejati? Belum tentu. Yang dia inginkan adalah teman. Yang dia inginkan adalah uang. Yang dia inginkan adalah jaminan. Ketika suaminya ada, dia mempunyai teman dan dia mempunyai jaminan. Ketika suaminya tidak lagi ada, maka dia menangis satu dua hari dan dia mulai berpikir siapakah yang bisa memberikan jaminan kepada dia? Maka Batsyeba mendapatkan penghiburan, kekuatan yang baru dan pertolongan dari Daud. Sudah ada pertolongan, ada penghiburan, sudah ada seks, dia lupa mengasihi suaminya yang sudah dibunuh. Dia mengira seluruh dunia tidak lagi ada masalah.

Sepertinya tidak ada orang yang tahu pernah terjadi perbuatan dosa. Tetapi Alkitab mengatakan justru dalam keadaan damai sejahtera yang palsu seperti ini, Allah menggerakkan seorang nabi meninggalkan tempat tinggalnya datang ke hadapan Daud. Nabi itu bernama Natan. Berapa usia nabi itu? Alkitab tidak mengatakan, di mana tempat tinggal nabi itu, Alkitab juga tidak mengatakan. Nabi itu mendapatkan gerakan dari Tuhan untuk meninggalkan tempat tinggalnya datang ke istana Daud. Berapa lama perjalanannya? Alkitab juga tidak mencatat. Ketika Natan menempuh perjalanan, berapa hari perjalanan kita tidak tahu. Berapa sulitnya perjalanan kita juga tidak mengerti. Dia berjalan sampai ke hadapan istana. Nabi Natan mengatakan, “Oh Daud, aku mau mencari engkau.” “Mengapa engkau mencari aku?” Allah Yehova mengutus aku datang berjumpa dengan kau. Daud berpikir selamanya tidak ada orang yang tahu perbuatan zinahnya. Daud berpikir tidak ada siapapun yang bisa mengerti hal yang pernah dilakukannya itu. Nabi Natan mengatakan Allah Yehova mengutus aku datang ke hadapanmu untuk menyampaikan satu kisah. Natan mengatakan ada seorang yang sangat kaya, dia mempunyai ratusan lembu maupun kambing domba. Di tempat bangunan di sampingnya ada satu orang yang sangat-sangat miskin. Orang miskin ini hanya memiliki seorang anak, seekor domba betina yang kecil dan kurus. Orang ini tinggal di sebelah daripada orang kaya. Dia mengasihi anaknya dan juga mengasihi anak domba betinanya. Maka ketika dia tidur, di sebelah kiri adalah anaknya, di sebelah kanan adalah anak domba betinanya. Suatu hari orang yang kaya ini kedatangan seorang tamu yang sangat penting. Dan orang kaya ini mengatakan, “Tamu sudah datang, saya mau menyediakan satu hidangan untuk menyambut dia. Saya akan memasak seekor domba. Saya akan menyembelihnya, menyediakan satu hidangan yang sangat baik. Dia berpikir domba saya lengkap sekali jumlahnya. Dia tidak mau menyembelih dombanya. Maka dia mencuri domba dari tetangganya dan dia sembelih untuk menjadi hidangan untuk menjamu tamunya. Orang miskin itu tidak mungkin membalas dendam dan menentang dia. Di tengah penyampaian kisah seperti ini, Daud marah besar, “Kurang ajar! Orang itu sudah mempunyai begitu banyak lembu, kambing, domba, justru mencuri domba orang yang lain. Orang ini harus mati. Dengan status saya sebagai raja, saya mengumumkan orang ini harus mati.” Daud marah begitu besar. Setelah dia selesai mengatakan ini semua, Natan mengatakan satu kalimat, “Engkaulah orang itu, engkau sudah begitu banyak istri. Mengapa engkau mau merebut istri orang lain? Mengapa engkau membunuh suami orang lain? Engkau menempatkan Uria di garis depan medan perang supaya dia terbunuh supaya engkau bisa mengambil istrinya. Apakah engkau kira engkau melakukan hal ini Tuhan tidak mengetahuinya? Hari ini Tuhan mengutus aku dari tempat yang sangat jauh datang ke istanamu. Allah mengatakan Daud berzinah, Daud membunuh, Daud telah mengambil istri orang, Daud berzinah semua hal itu telah dilihat oleh Tuhan.” Dia begitu terkejut. Dia tidak menyangka kisah yang disampaikan itu menunjuk kepada dosa yang dia lakukan. Dia tidak menyangka Tuhan sudah mengetahui semua dosa yang telah dilakukan. Paling tidak Daud masih adalah seorang yang takut kepada Tuhan.

Setelah Daud mendengarkan kalimat ini, dia langsung sadar akan perbuatan dosa yang dia lakukan. Langsung dengan penuh kesedihan dia mengatakan, “Aku sudah berdosa.” Natan mengatakan dua kalimat yang penting. Kalimat yang pertama, Allah mengatakan, “Pedang tidak akan disingkirkan dari rumahmu.” Kalimat ini terlalu mengerikan. Berarti dalam istanaku banyak orang yang akan dibunuh, saling membunuh, dan tidak ada lagi damai sejahtera? Setelah Natan mengatakan kalimat itu, dia mengatakan lagi kalimat yang kedua yang sangat berat. Allah Yehova mengatakan, “Karena engkau telah melakukan perbuatan ini dan engkau membuat kesempatan musuh menghujat Tuhan begitu banyak kesempatan.” Jangan kau kira engkau berdosa itu adalah hal yang kecil. Dosa yang kau lakukan ganjarannya pasti akan menimpa kepada anak keturunanmu. Apakah engkau boleh sembarangan membunuh suami orang lain? Apakah engkau boleh sembarangan tidur dengan wanita yang manapun? Tuhan akan melipat gandakan penderitaanmu. Engkau membunuh suami orang lain itu satu orang. Allah mau menjadikan anak keturunanmu banyak orang yang terbunuh. Perbuatan dosa itu ada ganjarannya. Mendangar ini semua, Daud tahu bahwa nasibnya tidak bisa dikembalikan lagi. Kita belajar bahwa Allah tidak bisa dipermainkan.