Download versi cetak: 1412_KebaktianSore_2025-23-Nov

Panggilan Tuhan kepada Daud (6)

Pdt. Dr. Stephen Tong

*Ringkasan khotbah ini belum diperiksa pengkhotbah

Secara manusia Saul mempunyai kelebihan untuk menjadi raja, dia mempunyai badan yang lebih tinggi satu kepala dari orang lain. Pada waktu orang Israel melihat bangsa-bangsa sekitar mereka mempunyai raja, mereka juga ingin mempunyai raja di hadapan Tuhan. Mereka berkata, “Samuel, tolong minta kepada Tuhan untuk memberikan kesempatan pada kami juga boleh memiliki raja.” Waktu Samuel mendengarkan kalimat ini, dia sangat sedih. Tapi Tuhan menjawab, “Samuel, jangan sedih. Apa yang diminta oleh orang Israel, kabulkan mereka.” Inilah satu-satunya kali Alkitab mengatakan Tuhan tidak melawan suara rakyat. Tuhan mengizinkan apa yang diminta oleh Israel. Tapi Tuhan berkata melalui Samuel, “Beri tahu kepada umat-Ku, kalau sudah ada raja, raja akan menekan mereka. Raja akan memberikan persecution kepada mereka. Raja akan menarik pajak banyak dari mereka. Hidup mereka akan menjadi susah. Setelah orang Israel mempunyai raja Saul, apakah mereka lebih dekat kepada Tuhan? Tidak! Mereka lebih bahagia? Tidak! Akhirnya mereka berada di dalam kesusahan yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka.

Saul bukan orang yang berani. Meskipun badannya besar, tapi nyalinya kecil. Pada waktu orang Filistin yaitu Goliat datang mau berperang dengan Israel. Saul tidak keluar. Dia sembunyi dan dia tidak berani menghadapinya. Orang Israel mengira jika mereka bisa pilih raja, mereka tidak kalah dengan bangsa yang lain. Tetapi yang dinilai dari manusia berbeda dengan yang dinilai oleh Tuhan. Tuhan sudah siapkan seorang anak muda namanya Daud untuk menjadi raja yang sungguh-sungguh. Daud mungkin umurnya tidak sampai 15. Daud adalah anak paling kecil, bungsu di antara delapan saudara di rumahnya. Tuhan berkata, “Samuel, pergilah ke Betlehem, pergilah ke kota Daud. Di situ Saya mau engkau melantik seorang anak muda menjadi raja yang Saya pilih untuk memimpin Israel.”

Apakah perbedaan Saul dan Daud? Saul lebih gagah, tubuhnya besar, lebih tinggi satu kepala. Dia orang yang paling tinggi, paling gagah di Israel. Tetapi itu hanya di luar saja, hatinya sama sekali tidak beriman. Dia tidak berani menghadapi musuh yang besar.  Sedangkan Daud yang masih remaja sudah menggembalakan domba, sudah berani berperang dengan singa. Merebut domba yang diambil oleh singa itu, ia keluarkan kembali dari mulut singa. Inilah anak remaja yang sungguh-sungguh mau dipilih Tuhan menjadi raja Israel. Dua orang ini berbeda sekali. Yang satu kelihatan hebat, tetapi sebenarnya penakut. Yang satu anak remaja yang kecil, tetapi mempunyai keberanian yang luar biasa. Malam terakhir Saul memikirkan, “Besok saya mau cari Samuel.” Mengapa? Karena Alkitab mengatakan Samuel sudah meninggal dunia. Saul gelisah, dia sama sekali tidak ada pendirian. Karena hidupnya mengandalkan Samuel, bukan bersandar kepada Tuhan Allah. Sekarang Samuel meninggal, ia menjadi kalang kabut, tidak ada arah, tidak ada pendirian. Dia tidak tahu bagaimana mencari Tuhan. Karena seumur hidup dia tidak pernah sungguh-sungguh mencari Tuhan dan dia juga tidak pernah sungguh-sungguh taat kepada Tuhan. Ia masih mengandalkan Samuel menjadi pimpinan dia, menjadi pelindung dia, menjadi pengantara mewakili Tuhan kepadanya. Sekarang Samuel mati. Saul kehilangan sandarannya. Dia tidak tahu harus bagaimana hidup. Maka keesokan pagi dia bangun, ia hari itu kira seperti biasa. Dia tidak sadar itulah hari terakhir dia masih hidup di dunia.

Alkitab berkata, dia pergi ke satu tempat namanya Endor. Di situ dia menemukan seorang dukun perempuan yang tua. Dia berkata kepada dukun itu, “Tolong bantu saya. Saya mau ketemu orang yang sudah mati. Saya dengar engkau mempunyai kekuatan memanggil orang mati untuk bicara dengan saya. Tolong panggil orang mati karena saya perlu nasihat.” Dukun itu mengatakan, “Engkau tidak tahukah raja Saul melarang di tanah Israel ada dukun panggil orang mati? Jangan engkau menjerumuskan saya sehingga saya mungkin dibunuh oleh Saul.” Waktu itu Saul dia tidak kasih tahu siapakah dia. Dia menipu dan berjanji, “Demi nama Allah, saya berjanji kepadamu, engkau tidak mungkin dibunuh. Engkau tidak mungkin ditangkap. Saya tahu Saul melarang, tetapi hari ini engkau aman.” Setelah Saul mengatakan kalimat itu, dukun itu tenang, karena dia tidak tahu inilah Saul. Dia tanya, “Kamu mau saya panggil siapa keluar dari bumi untuk bicara sama kamu?” Saul berkata, “Saya minta engkau panggil Samuel, nabi dari Tuhan Allah. Dia sudah mati, tapi saya perlu nasihat dia. Tolong panggil arwah Samuel untuk memberi nasihat kepadaku.” Mengapa? Karena Alkitab berkata tiga hal: Allah tidak bicara lagi dengan Saul. Allah tidak pakai mimpi memberikan kepada dia petunjuk-petunjuk. Allah juga tidak memakai urim dan tumim, yaitu cara orang Israel mengetahui kehendak Allah. Allah tidak lagi utus nabi yang lain bicara satu kalimat pun kepada raja Saul. Sehingga Saul sangat gelisah dan tidak ada arah. Dia akhirnya tahu Tuhan sudah tidak mau dia. Maka dia pergi ke dukun.

Hari ini saya membicarakan kepada engkau, orang yang ditinggalkan Tuhan adalah hal yang paling menakutkan. Siapa saja di antara kita, kalau kita dibuang oleh Tuhan, kita tidak tahu bagaimana menyambung hidup hanya satu hari saja. Saul berkata, “Tolong panggil Samuel. Supaya dia yang sudah mati arwahnya boleh bangkit bicara sama saya. Saya sangat memerlukan bicara dengan dia.” Dukun itu sebenarnya tidak ada hak, tidak mungkin ada kuasa bisa memanggil jiwa Samuel bangkit. Dukun itu coba-coba. Tapi heran sekali, justru hari itu Tuhan memberikan arwah Samuel keluar dari tanah. Ini di luar kekuatan dukun itu. Ini tidak mungkin dipanggil oleh dukun itu. Tetapi mengapa Allah mengizinkan? Karena Allah mau mendidik Saul, mau memberikan kesempatan supaya dia tahu nasibnya sudah habis. Bagaimana kita tahu itu adalah arwah daripada Samuel? Karena Alkitab mengatakannya demikian.

Lima puluh tahun yang lalu saya membuat tujuh argumen membuktikan itu Samuel yang palsu. Tetapi kira-kira 45 tahun yang lalu, saya membaca satu artikel dari seorang teolog Reformed yang sangat penting, namanya John Murray. Saya kaget luar biasa ketika membaca kalimat ini, “Siapakah engkau? Engkau berhak untuk menolak proklamasi Alkitab? Alkitab mengatakan itu arwah Samuel. Mengapa engkau mengatakan itu pasti bukan arwah Samuel?” Setelah membaca artikel itu saya kaget dan saya minta Tuhan untuk mengampuni saya. Saya membaca dengan teliti, argumen terlalu kuat. Hari itu saya berlutut, menangis, minta Tuhan mengampuni saya. Saya berusaha kembali lebih setia kepada kitab suci. Mulai hari itu saya percaya itu adalah arwah Samuel.

Sekarang pertanyaan tiba, mengapa dukun itu bisa memanggil arwah Samuel? Itu bukan kuasa dia. Bukan dia yang memanggil Samuel. Tuhan yang mengizinkan Samuel muncul, untuk menyatakan kehendak-Nya kali terakhir kepada Saul. Bagaimana kita mengetahuinya? Karena waktu arwah itu bangun dari bumi, dukun itu sendiri terkejut. Dia sangat ketakutan. Saul bertanya, “Apa yang kau lihat?” Dukun itu mengatakan, “Saya lihat ada Allah yang keluar dari bumi”. Ini semua di luar kemungkinan dia menguasainya. Dari kalimat itu kita tahu ini bukan kuasa dukun bisa panggil arwah Samuel. Lalu Samuel bertanya, “Mengapa engkau mengganggu saya?” Dukun itu tidak bisa jawab. Lalu Saul yang bicara dengan Samuel.

Samuel mulai berbicara mewakili Tuhan. “Saya pernah beritahu kepadamu, Tuhan sudah membuang engkau. Tuhan telah mengambil takhtamu dari kedudukanmu dan menyerahkan kepada Daud yang dipilih oleh Tuhan. Sekarang dengar kalimat ini, besok pagi engkau akan perang dengan orang Filistin. Engkau akan dikalahkan oleh musuh. Engkau akan dibunuh. Engkau besok pagi akan mati. Engkau dan ketiga anakmu semua akan dibunuh.” Setelah Samuel mengatakan kalimat itu, muka Saul pucat. Dia gentar, dia takut dan dia diam. Itulah hari terakhirnya Saul. Alkitab berkata, engkau melihat orang lain, jangan lihat hari biasanya, tetapi lihat hari terakhirnya. Dukun itu berkata, “Saul, sekarang engkau makan. Saya sudah masakkan makanan untuk engkau.” Dukun itu sudah mendapat janji, demi sumpah kepada Tuhan Allah dia tidak akan dicelakakan. Dia akan diselamatkan, tidak mati. Saul berkata, “Saya tidak kuat. Saya tidak bisa. Saya tidak mungkin makan. Saya tidak bisa makan.” Dukun itu berkata, “Saya minta engkau makan, sehingga engkau masih mempunyai kekuatan jalan kaki, pulang ke rumahmu. Jangan menolak.” Akhirnya setelah dianjurkan beberapa kali, Saul akhirnya terpaksa makan. Setelah makan, dia pulang ke tempatnya sendiri. Itu adalah pertemuan terakhir antara Saul dengan dukun di Endor. Inilah pembicaraan terakhir Samuel yang diizinkan Tuhan bangkit berdiri, arwahnya berkata-kata kepada Saul. Saudara bisa bayangkan? Malam itu Saul kembali ke rumah sendiri. Sepanjang malam ia tidak bisa tidur, karena ia ingat kalimat Samuel, “Besok engkau akan dibunuh. Engkau dan tiga anakmu semua akan mati. Besok pagi engkau dan tiga anak-anakmu akan bersama kumpul dengan saya di tempat orang mati.”

Ingat, ini Perjanjian Lama, di mana dicatat bahwa  semua orang mati ke satu tempat. Yang diselamatkan, di dalam kuburan dan yang tidak diselamatkan, juga di kuburan, karena Yesus belum datang, Yesus belum mati di atas kayu salib, Yesus belum mengalahkan setan. Dalam Perjanjian Lama semua orang mati berada di satu tempat, dan disitu ada selah yang memisahkan antara yang diselamatkan dan yang tidak diselamatkan. Seperti yang dikatakan di Lukas 16, orang kaya mati, Lazarus juga mati. Tetapi ada jurang pemisah di tengahnya. Abraham berkata, “Kau tidak bisa menyeberang ke sini.  Orang di sini juga tidak bisa menyeberang ke tempat itu. Lazarus berada di dalam pangkuan Abraham, orang kaya berada di seberangnya. Ajaran Alkitab sangat jelas kepada kita. Itulah sebab meskipun Saul akan mati berkumpul dengan Samuel yang sudah meninggal, mereka mempunyai tempat yang berbeda.

Beberapa puluh tahun yang lalu orang Filistin mengutus Goliat datang kepada Saul dan Saul tidak mau bunuh Goliat. Sekarang orang Filistin akan membunuh dia. Kalau engkau tidak berani melawan setan, setan akhirnya akan melawan engkau. Kalau engkau tidak berani bunuh orang Filistin yang diwakili oleh Goliat, maka orang Filistin akhirnya akan utus yang lain membunuh engkau. Ajaran Alkitab begitu jelas. Bedanya Saul dengan Daud, Daud tidak takut. Daud berani maju. Daud pergi memenggal kepala Goliat. Saul tidak mau bunuh Goliat, akhirnya orang Filistin membunuh Saul. Jikalau engkau tidak berperang dengan iblis, Tuhan mengizinkan iblis berperang dan mengalahkan engkau.

Saya percaya semalam itu Saul tidak tidur. Ia gemetar, menanti apa yang akan terjadi waktu matahari terbit. Alkitab berkata, dia harus pergi perang dengan orang Filistin. Maka dia pakai pakaian tentara, dia pegang tombak, dia pegang perisai. Dia membangunkan ketiga anaknya termasuk Yonatan, anak yang terbaik. Anak-anaknya tidak tahu apa yang terjadi kemarin. Mereka tidak ikut bagaimana Saul bertemu dengan arwah Samuel yang dibangkitkan itu. Maka mereka ikut masuk ke dalam peperangan melawan Filistin. Empat orang ini—Saul, Yonatan dan dua saudara yang lain—naik kuda sampai di medan peperangan. Hanya satu orang tahu inilah hari terakhir, yaitu Saul. Dia sudah lama meninggalkan Tuhan, sudah lama menghina Tuhan. Samuel berkata, “Karena kau menghina Yehova, Tuhan mengambil keputusan membuang engkau menjadi raja. Tuhan akan merampas takhtamu dan kerajaanmu keluar daripada engkau dan berikan kepada Daud menjadi penggantimu.” Semua kalimat itu membuat Saul gemetar tidak habis-habis. Sehingga waktu dia bertemu dengan orang Filistin, dia sudah kehilangan nyali, kehilangan keberanian. Di situ orang Filistin memanah dia dan dia hampir mati. Orang Filistin memanah lagi, Yonatan dan kedua adiknya, ketiganya mati. Melihat seorang pemuda, Saul berkata, “Tolong saya. Masukkan pisaumu, tusuk saya, supaya saya mati.” Orang muda itu tidak berani. “Bagaimana saya bisa membunuh kamu? Engkau adalah raja yang diurapi oleh Allah. Saya tidak akan menyentuh orang yang telah diurapi oleh Allah.” Pemuda itu ketakutan, tidak berani membunuh Saul. Akhirnya Saul melihat orang itu tidak mau bunuh dia. Dia sudah kena panah, darah banyak, sakit terlalu keras, dia langsung menurunkan badannya dan menusukkan diri ke dalam pisau itu. Saul mati. Saul mati di pinggir Yonatan. Empat orang semua mati pada hari yang sama.

Sesudah itu orang Filistin melihat tidak ada balasan, tidak ada serangan, tidak ada kekuatan dari Israel melawan mereka. Mereka lari cepat datang ke tempat Saul, menemukan Saul mati, menemukan Yonatan mati, menemukan dua saudara lain juga mati. Mereka berteriak dengan suara besar. Mereka mengambil pisau Saul dan anak-anaknya, memotong kepala mereka. Inilah hari terakhir raja Israel, yang dipilih dari rakyat dan yang tidak taat kepada Tuhan.

Setelah mereka memotong kepala empat orang ini, mereka membawa kepala berteriak-teriak di hadapan semua orang Filistin. Dan mereka membawa badan yang sudah tidak berkepala ke kota-kota Filistin, digantung di atas gerbang, di atas tembok kota mereka. Hari itu Israel sangat dipermalukan. Hari itu umat Tuhan sangat dihina oleh orang Filistin. Setelah matahari mau terbenam, ada orang baik yang melihat kepala Saul, kepala Yonatan, kepala dua anak raja, semua berada dipaku di atas gerbang, dipaku di atas tembok orang Filistin. Orang baik itu turun, mengambil tubuh mereka, lalu menguburkan keempatnya.

Setelah itu ada seorang Amalek melihat semua terjadi, pura-pura mempunyai jasa, datang menemui Daud. “Oh Daud, raja yang mulia, saya memberitahu engkau satu kabar baik, musuhmu Saul sudah saya bunuh.” Ia berbohong, bukan dia yang bunuh, tetapi ia mau cari jasa. Ia pikir kalau dia sudah lapor kepada Daud bahwa raja Saul sudah mati, dan ia yang membunuh, dia mungkin dapat jasa, dapat hadiah besar dari raja Daud.

Setelah Daud dengar, ia berkata, “Sekali lagi katakan kepada saya dengan jujur, apa yang kau lihat?” Orang Amalek itu berkata, “Di dalam bukit Gilboa, saya menemukan ada orang hampir mati, itu namanya raja Saul. Saya melihat dia sudah berdarah seluruh badan, saya tahu dia sudah tidak ada pengharapan hidup lagi. Saya menusuk dia, saya mematikan dia, supaya engkau menjadi raja tanpa halangan lagi.” Orang Amalek itu mengira Daud akan senang, akan memberi hadiah, akan menaikkan pangkatnya. Tetapi Daud menangis. Ia mencurahkan air mata, karena bukan saja Saul mati, Yonatan juga mati. Itulah orang yang paling mencintai dia. Daud berkata, “Yonatan, Yonatan, cintamu terhadap saya lebih mengalahkan cinta wanita kepada saya. Yonathan, Yonatan kakakku, mengapa engkau meninggal? Mengapa engkau dikalahkan oleh orang Filistin?” Daud menangis, dia menulis satu syair. Sampai hari ini syair itu mempunyai tempat yang sangat tinggi di dalam sastra seluruh dunia. Setelah menulis syair itu, ia ajarkan orang menyanyi.

Daud berkata kepada orang yang melapor tentang kematian Saul itu, “Sekali lagi, siapa yang membunuh Saul?” Orang itu berkata, “Saya. Saya yang membunuh, saya yang terakhir membuat dia mati. Napas terakhir di tangan saya.” Waktu ia sombong, Daud berkata, “Dari mulutmu sendiri engkau mengaku membunuh Saul. Saul adalah orang yang diurapi Tuhan, kamu berani membunuh dia, sekarang kamu harus mati.” Dia kaget sekali, dia lapor minta jasa akhirnya kecelakaan timpa kepada dia. Daud memerintahkan seorang pemuda, bunuh dia, karena dia mengaku sudah membunuh Saul. Riwayat Saul selesai. Raja dipilih oleh rakyat Israel, berhenti. Dan mulai dari hari itu, seluruh Israel hanya menunggu satu hal, Daud menjadi raja. Rencana Allah disukseskan, semua rencana manusia tidak berguna, karena Allah telah membangkitkan Daud menjadi pengganti dari raja Saul.

Saya berkhotbah sampai di sini. Minggu – minggu akan datang saya akan bicara bagaimana Allah memimpin Israel melalui raja Daud, pengganti Saul.  Janganlah menjadi orang yang menghina Tuhan, yang membuang Tuhan dan yang mengkhianati Tuhan karena itu menakutkan hari depanmu. Jaman Saul selesai, jaman Daud dimulai. Tuhan memimpin sejarah tidak habis- habis. Dalam kuburan John Wesley ada satu kalimat di batu nisan, God buried his servant and continues His work. Siapapun yang hebat pasti suatu hari meninggal. Alkitab berkata tak ada orang yang tidak mati. Semua orang harus mengalami satu kali kematian. Sesudah itu datanglah penghakiman Tuhan.

Engkau jangan heran, suatu hari pendeta kita satu per satu bisa mati. Yang penting, engkau mati di dalam rencana Tuhan atau mati di dalam pemberontakan terhadap Tuhan. Kiranya kita yang menjadi anggota Gereja Reformed Injili Indonesia, setiap minggu mendengar khotbah-khotbah-khotbah tidak habis-habis, menaruh firman yang kita dengar ke dalam hati kita. Peliharalah dirimu menjadi manusia yang takut kepada Tuhan, yang berjalan di dalam kehendak Tuhan sampai ajal hidup kita masing-masing. Kiranya Tuhan memberkati kita masing-masing