Matius 5:21-22; Roma 7:4-13
Pdt. Adrian Jonatan, M.Th.
*Ringkasan khotbah ini belum diperiksa pengkhotbah.
Kita juga melihat bagaimana orang Yahudi seakan-akan tidak membunuh tetapi di dalam zaman Yesus, mereka menggunakan kata-kata untuk membunuh orang lain. Ini justru adalah hal yang lebih jahat. Di luar seakan-akan tidak melanggar hukum tetapi di dalam hati memelihara kebencian dan mereka memanipulasi kebenaran dan mengizinkan orang lain yang melakukan pembunuhan. Yesus menyatakan apa yang Tuhan lihat di dalam hati manusia. Dan kita diingatkan bahwa sebenarnya baik ibadah kita, kerohanian kita, keagamaan kita, semua itu menjadi sia-sia jika kita masih seperti itu.
Selanjutnya kita melihat bagaimana manusia terus melanggar hukum Tuhan, dari zaman Kain sampai zaman Nuh. Kebencian dan pembunuhan itu terus bertumbuh sampai di zaman Nuh begitu gelap keadaannya. Dikatakan orang yang kuat akan saling membunuh satu dengan yang lain. Di sini kita melihat jika kebenaran Tuhan itu dibuang maka masyarakat akan perlahan masuk ke dalam keadaan seperti neraka, sama seperti yang terjadi di beberapa bagian dunia. Maka jika kita masih dapat mendengar firman Tuhan itu artinya anugerah Tuhan masih ada. Tetapi jika kita sendiri tidak menghiraukan dan berpikir itu perkataan orang religius, ataupun kita seakanakan melakukannya walau hati bermain dengan hukum Tuhan, maka di sini Tuhan Yesus mengingatkan kita. Tuhan tahu apa yang ada di dalam hati kita dan janganlah berkelit. Ketika Tuhan memberikan hukum, Tuhan tidak perlu banyak bicara. Ketika manusia terus melanggar, barulah Tuhan berbicara. Di sini, setelah pelanggaran terus bertambah maka di zaman Nuh manusia dibantai Tuhan. Dan waktu Tuhan mulai lagi dengan Nuh, barulah Tuhan berkata akan peraturan jangan membunuh dan yang membunuh akan dibunuh. Itu bukan berarti bahwa sebelumnya boleh membunuh. Bagaikan orang tua yang sebenarnya tidak mau terus berkata jangan melakukan ini dan itu karena anak juga akan bosan. Sebagai orang tua, kita berharap untuk bicara dengan sederhana dan anak langsung mengerti dan menerapkan. Jika kita memiliki anak seperti itu, betapa sukacitanya kita. Tetapi inilah akibat dari dosa.
Di sini kita juga melihat kebijaksanaan Tuhan karena hukum ini sebenarnya melindungi banyak orang yang mungkin sedang rentan secara psikologis. Mereka yang akhirnya memilih bunuh diri, sering kali bukan berada di dalam penderitaan yang besar sekali. Jika dibandingkan 100 tahun yang lalu, mereka yang hidup di dalam zaman peperangan itu jauh lebih menderita. Meskipun mereka berada di dalam penderitaan yang begitu besar, mereka masih berjuang untuk hidup. Tetapi di zaman ini, tindakan bunuh diri melalui eutanasia makin meningkat. Ini bukan karena zaman ini jauh lebih menderita, tetapi karena keadaan psikologi manusia yang membuatnya seakan-akan jauh lebih menderita. Makin banyak orang yang berada di dalam keadaan yang rentan secara psikologis dan karena itulah perlu ada perintah ini. Tetapi juga kita sebagai orang-orang Kristen menyadari bagaimana kita perlu berjuang menolong dan mengangkat mereka. Kalau mereka menemukan makna hidup di dalam Tuhan, mereka tidak akan menjadi orang yang kehilangan makna hidup dan mudah menjadi rentan akan keadaan ini.
Yang kedua aborsi. Kita tidak terus membicarakan akan aborsi di mimbar. Tetapi kita harus diingatkan bahwa aborsi adalah suatu tindakan pembunuhan terhadap manusia yang sedang di dalam proses pertumbuhan. Orang Kristen terus dihina dan dikatakan sebagai orangorang yang tidak memiliki rasa iba. Tetapi kita harus ingat kenapa kita punya pendirian seperti ini? Ini karena ada gambar dan rupa Allah yang belum bisa berbicara, yang belum bisa berkata-kata maupun berespons, sedang dibantai melalui proses aborsi. Ada satu orang yang menunjukkan di dalam meme bahwa sejak tahun 1900 ada sekitar 1 milyar orang yang mati di dalam peperangan tetapi sejak tahun 1980 ada 1,6 milyar bayi yang diaborsi. Kita begitu sakit atau sedih melihat kematian di dalam peperangan, tetapi begitu banyak kematian yang sedang terjadi tanpa kita sadari. Ada yang berkata bahwa bayi itu belum tentu menjadi manusia. Memang belum tentu, tetapi bukan berarti kita boleh membunuhnya sebelum hal itu kelihatan. Justru sebaliknya, kita harus menunggu untuk betul-betul memastikan bahwa ini bukan manusia barulah kita melakukan tindakan membersihkan.
Misalkan kita mempunyai anak yang melihat unicorn dadu dan memimpikannya. Lalu dia begitu berharap melihat unicorn dadu itu dan yakin bahwa betul itu ada dan sampai sakit kalau tidak bisa melihatnya. Apakah yang akan kita lakukan sebagai orang tua? Ada dua pilihan. Pertama mengatakan bahwa memang ada unicorn dadu lalu kita mewarnai kuda poni dengan warna dadu dan meriasnya agar seperti unicorn. Ataukah kita membantu dia untuk bergumul bahwa tidak ada yang namanya unicorn dadu. Banyak kuda yang bagus dan ada kambing yang bertanduk, tetapi tidak ada unicorn dadu. Justru dengan mengatasi pergumulannya, dia akan hidup di dalam realitas dan ini justru menolong dan menyelamatkan dia.